Sepenggal Kisah Sunarya Satpam Penendang Suster Ngesot
JAKARTA- Sunarya, satpam penendang 'Suster Ngesot' Mega Tri Pratiwi (20) akan menghadapi persidangan kasus penganiayaan dalam waktu dekat. Dia akan dijerat dengan dua pasal KUHP, yakni Pasal 351 tentang penganiayaan dan Pasal 360 tentang kelalaian yang mengakibatkan orang lain terluka. Ancamannya lima tahun penjara.
Sunarya sebelumnya tak pernah menyangka kasus tersebut akan berujung di meja hijau. Hingga kini Sunarya hanya diam dan tidak melakukan aksi apapun. Karena, menurut pengacara Sunarya, Johansyah, bapak dua anak itu berharap agar kasus ini dapat diselesaikan dengan damai dari kedua belah pihak. Namun semakin hari sepertinya hal itu sudah tidak mungkin lagi tercapai.
Menurut Johansyah dalam keterangannya kepada okezone, Selasa (17/12/2012), Sunarya selama ini dikenal malu dan enggan diwawancarai oleh media. Kepada Johansyah, Sunarya menuturkan kronologis peristiwa yang menyeretnya ke pengadilan tersebut.
Sunarya, lahir di Garut, 38 tahun silam. Dia lulusan SMA. Pertama kali berkarir menjadi satpam sejak tahun 2009. “Setelah selesai pendidikan satpam, ia ditugaskan di Ciembeliut yang berarti beliau sudah menjadi satpam di lokasi tersebut selama lebih dari 3 tahun,” kata Johansyah.
Sepanjang masa tugasnya, kata Johansyah, Sunarya mengaku tidak penah mengalami kejadian buruk atau peristiwa yang mengarah kepada dipertanyakannya etika kerjanya.
Sebagai seorang ayah dari dua orang anak-yang pertama berusia 5 tahun dan kedua berusia 15 bulan- Sunarya dikenal bertanggungjawab. “Keluarga Sunarya tinggal di rumah mertua di daerah Garut. Untuk bekerja menafkahi keluarganya, setiap hari ia naik sepeda motor kurang lebih 4 jam Garut, Bandung, Garut,” kata Johansyah
Namun, kehidupan Sunarya kini berubah pascaperistiwa tersebut. Dia lebih banyak diam. Lantas, bagaimana kronologis insiden suster ngesot tersebut terjadi. Dalam keterangannya, Johansyah mengungkapkan penuturan Sunarya kepada dirinya terkait insiden Sabtu 10 Desember 2011, dini hari tersebut.
Hari itu, diketahui Sunarya mendapat jadwal piket malam dari pukul 22.00 WIB hingga 10.00 WIB. Tugasnya, antara lain melakukan patroli area luar dan dalam lobby, area parkir serta koridor Hotel dan Apartemen Ciembeluit.
Sekitar pukul 01.00 dini hari, seorang petugas kebersihan (house keeping), bernama Ade Syarif, meminta bantuan Sunarya untuk menemaninya naik ke lantai 18 karena dia harus membuka pintu balkon kamar 1804 atas permintaan tamu kamar tersebut. “Sunarya setuju dan segera mereka masuk ke lift barang (service lift) yang terletak di lobi,” katanya.
Ketika Sunarya dan Ade masuk ke lift, di dalam sudah ada empat orang laki-laki dan tampak tombol lantai 22 di lift sudah ditekan. “Lift barang tersebut memang sudah biasa dipergunakan juga oleh penghuni atau tamu,” kata Johansyah.
Sesuai prosedur, Sunarya langsung mengambil posisi di dekat pintu lift di depan deretan tombol lift. Sementara Ade mengambil posisi di belakang setelah lebih dulu menekan tombol lantai 18. “Oleh karena tujuan mereka akan ke lantai 18, Sunarya berpikir untuk sekalian mampir di lantai 17 untuk nanti sekedar melihat situasi lantai tersebut, maka dia menekan juga tombol lantai 17,” kata Johansyah.
Pintu lift pun tertutup dan mulai bergerak naik. Ketika mendekati lantai 17, dua dari antara empat orang yang tadi sudah berada di dalam lift tampak berusaha maju mendekat pintu lift, seperti bersiap-siap untuk keluar dahulu.
Di sinilah insiden tersebut bermula. Sampailah lift di lantai 17. Ketika pintu lift terbuka, tanpa diduga tamu-tamu yang ada di dalam lift itu berteriak-teriak dengan ketakutan sambil serentak mundur lagi ke belakang kembali masuk ke lift. Demikian juga Ade, saking ketakutannya sampai bersandar ke dinding lift dan tidak berani melihat ke arah pintu lift.
“Sunarya segera melongok keluar lift untuk melihat apa yang menjadi penyebab para penumpang lift ketakutan. Seketika itu terlihatlah sosok ‘hantu’ itu. Duduk teronggok di lantai, berpakaian putih, rambut panjang menutupi wajah,” katanya.
Hantu yang kemudian diketahui diperankan Mega, itupun tampak bergerak pelan dengan cara yang aneh ke arah lift. “Sungguh sebuah pemandangan yang tidak diinginkan di kesenyapan pukul 1 dinihari. Sebuah situasi yang sangat menakutkan bagi tamu-tamu, bagi Ade, bagi Sunarya, atau bagi siapapun yang melihatnya,” katanya.
Saat masih kaget dan takut, serta merasakan adanya ancaman bagi dirinya maupun bagi orang-orang di dalam lift, secara refleks Sunarya pun berusaha memberanikan dirinya menghalau hantu tersebut dengan kakinya. Pasalnya posisi hantu di lantai. Ketika itu, Sunarya terpaksa melakukannya agar seisi lift dapat lari menyelamatkan diri, atau setidaknya ‘hantu’ tersebut dapat dijauhkan dari lift dan tidak masuk ke dalam lift.
“Sunarya terkejut karena ternyata kakinya mengenai sesuatu. Sebelum benar-benar menyadari apa yang sedang terjadi,” tutur Johansyah.
USai kejadian, empat orang laki-laki dan seorang perempuan langsung keluar dari balik dinding koridor mendekati hantu, dan setelah itu langsung mendekati Pak sunarya sambil setengah berteriak mempertanyakan kenapa Sunarya menendang teman mereka. “Sunarya yang masih kaget menjawab dia tidak tahu kalau hantu tersebut sebenarnya seorang manusia. Saat itu juga, beberapa orang laki-laki mulai merapat mendekati Pak Sunarya dengan berang dan marah-marah kepada Sunarya,” kata Johansyah.
Sambil mundur Sunarya mengatakan sekali lagi, dia tidak tahu sosok tersebut adalah orang sungguhan. Sunarya juga sempat menanyakan kenapa tidak bilang karena mereka tadi sama-sama di dalam lift dan seharusnya mereka melakukan koordinasi dulu kalau melakukan hal-hal seperti ini.
Melihat gelagat dari orang-orang tersebut yang mulai mengancam, Sunarya meminta mereka untuk menunggu ditempat agar ia dapat melaporkan kejadian ini kepada Komandan Regu (Danru) selaku atasan langsungnya, dan agar masalah ini dapat diselesaikan.
Sunarya terus mundur masuk ke lift dimana Ade masih berdiri dengan lemas dan shock bersama juga dua orang dari antara kelompok tadi.
Setelah Kejadian, pintu lift pun tertutup, namun lift menuju ke atas ke lantai 18 sesuai tombol yang tadi sudah ditekan. Di lantai 18, Sunarya keluar dari lift dan berlari turun melalui tangga darurat ke lantai dasar mencari Danru.
Di lantai dasar, Sunarya melaporkan secara ringkas kejadian tadi kepada Danru bernama Seger. Dengan mengajak satu lagi satpam bernama Iman, mereka bertiga lalu naik lift menuju ke lantai 17.
Tiba di lantai 17 koridor sudah sepi tidak ada orang sama sekali. Namun seorang petugas F&B bernama Erwin yang kebetulan baru mengantarkan makanan di lantai tersebut mengatakan bahwa tamu-tamu tersebut ada di lantai 22.
Segera Sunarya, Danru dan Iman naik ke lantai 22. Begitu pintu lift terbuka beberapa lelaki yang tadi ada di lantai 17 sedang menunggu di depan lift. Melihat Sunarya, mereka kembali langsung mengerubungi Sunarya sambil terus mempertanyakan kenapa dia menendang teman mereka. Danru dan Iman jalan terus untuk mencari kamar tempat tamu tersebut berada dan melihat pintu kamar 2217 terbuka lebar.
Banyak orang di dalam. Sebagai Danru, ia menanyakan apa yang terjadi dan para tamu menjawab bahwa seorang satpam telah menendang teman mereka hingga giginya patah.
Sunarya masih ada di depan lift dan masih berbicara dengan beberapa tamu tersebut. Sekali lagi ia mengatakan bahwa ia tidak tahu sosok hantu itu adalah manusia dan seharusnya pihak hotel diberitahukan kalau memang ada rencana seperti itu. Tak lama, pembicaraan itu juga ditengahi oleh Danru. Namun keadaan tetap memanas karena orang-orang tersebut seperti tidak terima atas penjelasan Sunarya. Mereka menyudutkan Sunarya, baik dengan kata-kata maupun secara fisik.
Melihat situasi tidak kondusif untuk menjelaskan dan berbicara baik-baik, Sunarya mengambil inisiatif untuk turun ke bawah melalui lift. Danru tetap meminta maaf atas tindakan anggotanya yang dianggap salah oleh mereka dan meminta agar bisa bertemu dengan tamu yang tadi menjadi hantu agar bisa minta maaf juga, tetapi justru diusir oleh teman-teman tamu tersebut yang baru ketahuan bernama Mega.
“Mereka mengatakan bahwa Mega belum bisa diajak bicara. Karena tidak diijinkan, Danru keluar dan meminta Iman untuk memanggil lagi Sunarya agar naik ke atas,” katanya.
Sunarya selesai tugas pukul 8 pagi. Seharusnya seperti biasa, ia akan langsung naik motor untuk pulang ke rumahnya di Garut, tetapi karena peristiwa ini Sunarya mengambil inisiatif untuk menginap dirumah temannya di Bandung, berjaga-jaga bila ia harus segera datang ke Hotel untuk menjawab pertanyaan dan menunggu arahan selanjutnya.
Sampai hari Minggu, Sunarya tidak mendapatkan kabar apapun mengenai kejadian tersebut, sampai beberapa temannya memberitahu bahwa peristiwa tersebut sudah masuk di TV.
(ugo)
Belajarlah dari kejadian ini, sekedar iseng menjadi petaka.