Selasa, Desember 25, 2012

PANTAI PANJANG, BENGKULU

Pantai Panjang

Pantai Panjang adalah salah satu obyek wisata yang terletak di pusat kota Bengkulu. Pantai yang panjangnya lebih kurang 7 km ini merupakan pantai yang indah dengan pasir putih di sepanjang bibir pantainya ditunjang dengan pohon cemara pantai yang oleh masyarakat sekitar disebut pohon "Ru" menambah asri suasana pantai yang keindahnya diyakini tidak kalah dengan pantai Pataya Thailand, sebagai pelengkap keunikan pantai ini adalah dengan ombaknya yang besar sebagai ciri dari laut dari Samudera Hindia.
Pantai Panjang selalu ramai dikunjungi pada hari libur dan mencapai puncaknya pada hari hari Idul Fitri dimana masyarakat Bengkulu seakan tumpah ke obyek wisata ini.
Dan Pantai ini selalu menjadi agenda tahunan pada pergantian tahun sebagai sentral aktivitas penyambutan datangnya tahun baru.
Sebagai obyek wisata yang letaknya paling strategis ini maka sebagian bisnis pariwisata Bengkulu terpusat disini mulai dari perhotelan, restoran, cottage dan Pusat Perbelanjaan Modern (Mall) telah siap menanti kunjungan para tamunya
Tidak berlebihan jika Bapak Gubernur Bengkulu, Agusrin M Najamudin, ST mencanangan Bengkulu sebagai kawasan wisata Internasional dari sini.
Dalam konsepnya, kedepan obyek wisata ini akan dikembangkan menjadi salah satu tujuan wisata internasional, dengan pembenahan total disegala bidang sehingga pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan taraf hidup masyarakat Bengkulu
Obyek Wisata ini sangat cocok untuk anda yang ingin berwisata ke Bengkulu pada libur akhir pekan. Ditunjang oleh lancarkan transportasi darat dan udara menjadikan pilihan Wisata Akhir Pekanyang patut dipertimbangkan.

BENTENG FORT MARLBOROUGH, BENGKULU


Propinsi Bengkulu, memiliki sumberdaya pariwisata yang tidak kalah dengan daerah lain yang sudah lebih dahulu dikenal, seperti panorama pantainya yang indah, sebut saja Pantai Panjang yang berpasir putih dengan panjang 7 km yang berada di pusat kota, Pantai Way Hawang di Kabupaten Kaur dengan ombaknya yang besar dan cocok untuk digunakan sebagai olah raga berselancar, Benteng Marlbough, Pemandian Suban Air Panas di Kabupaten Rejang Lebong, Bunga Raksasa Rafflesia Arnoldi dan lain sebagainya.
Industri pariwisata di Bengkulu ditunjang dengan keberadaan hotel berbintang diantaranya hotel Horison, restoran, cottage, biro perjalanan dan keseriusan pemerintah daerah dalam mengembangan industri pariwisata Bengkulu untuk Go International melalui program Bapak Gubernur untuk menjadikan Bengkulu sebagai Kawasan Wisata Internasional.
Saat ini Bengkulu telah berbenah untuk menyambut kedatangan wisatawan domestik atau asing dengan pembenahan fasilitas penunjang kepariwisataan. Dan sebagai awal perkenalan Bengkulu siap menyambut dengan tonggak menjadikan Bengkulu sebagai tujuan Wisata Akhir Pekan, ditunjang dengan lancarnya transportasi darat maupun udara menjadikan Bengkulu saat ini dapat dikunjungi dalam 1 (satu) hari. Saat ini penerbangan 5x sehari dari Bengkulu - Jakarta atau sebaliknya. Dan 2x seminggu Bengkulu - Palembang atau sebaliknya.

FORT Marlborough dibangun pada kepemimpinan Gubernur Joseph Callet. Benteng yang mengahadap selatan dan memiliki luas 44.100 meter persegi, Bentuk benteng menyerupai kura-kura dengan pintu utama dikelilingi parit luas dan tersambung dengan jembatan ke gerbang dalam. Menurut masyarakat sekitar, benteng ini memiliki pintu keluar bawah tanah.
Fort Marlborough adalah peninggalan terbesar Inggris terbesar di Indonesia, benteng ini dibangun demi kepentingan perdagangan yang ditugasi untuk menjamin kelancaran suplai lada bagi perusahaan dagang Inggris, East India Company, serta pengawasan jalur pelayaran dagang melalui Selat Sunda. Pada akhirnya Benteng berperan ganda yaitu sebagai markas pertahanan militer sekaligus kantor pusat perdagangan dan pemerintahan Inggris.
Bengkulu merupakan ibu kota wilayah presidensi (kumpulan wilayah residen) Inggris di pesisir barat Sumatera. Wilayah itu dikendalikan dari Benteng Marlborough. Inggris sebelumnya juga membangun benteng serupa dengan fungsi dan peran lebih besar di Madras India, yaitu Fort St George. Dari Madras inilah East India Company mengembangkan pengaruh ke Asia Pasifik, termasuk Bengkulu.



Fort Marlborough dihuni oleh pegawai sipil dan tentara Inggris. Dalam catatan British Library, Oriental and India Office Collections tahun 1792 terdapat 90 pegawai sipil dan militer tinggal dan bekerja dalam Benteng Marlborough. Para petinggi atau perwira senior tinggal dalam lingkungan benteng bersama keluarga. Benteng ini menyerupai hunian dalam kota kecil dengan tembok tebal. Seperti layaknya kehidupan bermasyarakat, catatan-catatan menyangkut perkawinan, pembaptisan, dan kematian "penduduk" benteng ini pun masih dapat tersimpan.
Desain dasar Benteng Marlborough berbentuk segi empat. Desain ini menyerupai kura-kura, ditandai dengan empat bagian bangunan menyudut seperti kaki, serta satu kelompok bangunan menyerupai bagian kepala kura-kura. Bagian atas bangunan ini tersambung melingkar menjadi pelataran penempatan meriam, sekaligus mempermudah mobilitas perpindahan meriam. Ciri lain benteng pertahanan ini adalah dua lapis dinding pertahanan, sehingga ketika dinding terdepan bisa ditembus lawan, pasukan bisa segera mundur dan melakukan pertahanan dari dinding kedua.
Desain tata ruang Benteng Marlborough mencerminkan keragaman aktivitas masyarakat. Kompleks bangunan ini 44.100,5 meter persegi, tetapi total bangunan dalam benteng hanya sekitar 20 persen. Bagian benteng selebihnya bersungsi sebagai ruang terbuka. Bangunan fisik Benteng Marlborough sangat kokoh, antara lain terbukti ketika gempa bumi berkekuatan 7,3 skala Richter pada 4 Juni 2000 dan 7,9 skala Richter pada 13 September 2007 yang meluluhlantakkan ribuan bangunan gedung dan permukiman Bengkulu namun, benteng ini tak mengalami kerusakan berarti, padahal konstruksi benteng ini tidak menggunakan beton bertulang.

Pembangunan benteng tahap pertama selesai 1718 dengan gerbang utama benteng di sisi barat. Bagian bangunan menyerupai kepala kura-kura kemudian ditambahkan pada 1783. Dengan penambahan ini sistem pertahanan gerbang benteng menjadi berlapis. Kekokohan benteng tergambar dari ketebalan dinding bagian luar setinggi 8,65 meter dan ketebalan tiga meter. Sementara tebal dinding dalam sekitar 1,8 meter. Bahan bangunan antara lain batu karang, batu kali, dan bata dengan perekat campuran kapur, pasir, dan semen merah.
Untuk memasuki benteng dari gerbang utama, kita harus melewati dua jembatan yang menyeberangi parit-parit kering. Parit itu berkedalaman sekitar 1,8 meter dengan lebar 3,6 meter. Jembatan-jembatan kayu di atas parit kering itu aslinya tidak pernah permanen agar dapat diangkat dalam menghambat gerak musuh. Selepas gerbang pertama, kita akan menyusuri lorong pendek dengan langit-langit melengkung. Empat buah batu nisan besar tertempel pada salah satu sisi bangunan lengkung ini. Batu-batu nisan ini merupakan tugu peringatan kematian sejumlah petinggi benteng, antara lain Deputi Gubernur Inggris Richard Watts—meninggal pada 1705. Meskipun tugu peringatan berbahasa Inggris itu tertulisdalam huruf bergaya kuno, tetapi sebagian besar masih terbaca dengan jelas.
Keluar dari bangunan lengkung selepas pintu masuk ini, kita akan menyusuri alur jalan pada ruang terbuka menuju jembatan kedua. Di sisi selatan jalan itu berjajar tiga buah makam, satu di antaranya makam Residen Thomas Parr—terbunuh Desember 1807. Adanya pemakaman itu menunjukkan fungsi benteng menampung seluruh aktivitas penghuni sejak lahir hingga meninggal. Melalui jembatan kedua berketinggian 3,25 meter dari dasar parit di bawahnya, sampailah pada pintu gerbang yang dikenal sebagai the great gate (gerbang utama). Daun pintu kayu pada gerbang kedua ini masih utuh meskipun sudah berumur hampir 300 tahun. Daun pintu ini memakai jenis kayu kapur konon berasal dari Kalimantan.
Tiga ruangan kita jumpai di sebelah kiri begitu melewati the great gate dulu difungsikan sebagai kediaman para perwira. Ruangan-ruangan ini pada 1873 difngsikan sebagai gudang senjata. Ruang pertama menyerupai lorong sepanjang 13,5 meter dengan lebar sekitar lima meter. Di dalamnya terdapat tiga "anak ruangan" berukuran sekitar 1,5 meter x 4,5 meter. Ruang ini seakan menyerupai lemari beton tebal. Di ujung lorong terdapat pintu turun menuju ke ruang bawah bangunan benteng. Gelap dan lembab pada ruang-ruang bawah memberi kesan penyusuran bagian benteng ini berbau petualangan. Ruang bawah ini disebutkan berfungsi sebagai tempat penyimpanan harta.
Pada sisi lain gerbang masuk, kita akan menemui ruangan dengan funsi ruang jaga utama maupun ruang penjaga benteng yang tidak sedang bertugas. Di bagian dalam, terdapat dua ruang tahanan militer. Pada salah satu bagian dinding ruang tahanan itu terlihat lukisan arang dan catatan dalam bahasa Belanda kuno. Tulisan diperkirakan buatan tahanan dalam benteng.
Di sepanjang sayap selatan Benteng Marlborough terdapat deretan ruangan barak tidur. Masing-masing ruang memiliki satu pintu menghadap ke halaman dalam benteng. Meskipun terbuat dari jeruji besi, pintu-pintu ini berdesain lengkung dan terkesan cantik. Desain lengkung juga terlihat pada bagian langit-langit ruangan. Kompleks perkantoran terdapat di sayap utara benteng. Sebelum tahun 1780-an, sisi utara benteng ini difungsikan menjadi ruang keluarga pejabat sipil senior serta tempat tinggal perwira lajang. Sementara gudang dan kediaman gubernur terdapat di bagian barat.
Pada zamannya, benteng ini dikelola oleh dewan pimpinan terdiri dari deputi gubernur sebagai kepala wilayah pendudukan, komandan benteng sebagai pemimpin militer, dibantu oleh dua pejabat. Pejabat tinggi lainnya adalah semacam kepala perdagangan (senior merchant). Pada 1792, tercatat 18 atase perdagangan berkantor di Fort Marlborough. Beberapa kepala perdagangan ini juga menjabat sebagai kepala wilayah atau residen sejumlah kawasan sepanjang pesisir barat Sumatera, antara lain Manna, Lais, Natal, Tapanuli, dan Krui. Pada 1792 tercatat sembilan orang juru tulis bekerja dan tinggal dalam benteng. Teknisi, petugas kesehatan, pemain organ, hingga tukang kayu pun menghuni benteng ini.
Di tengah benteng, terhampar halaman dalam berumput hijau dengan beberapa pepohonan teduh. Halaman dalam cukup luas ini berfungsi bagi beragam kegiatan militer pada masa itu, misalnya upacara dan latihan keterampilan. Di lapangan ini pula dibacakan keputusan pengadilan dan kesaksian eksekusi militer. Sementara bagian halaman teduh oleh pepohonan dengan pemandangan laut lepas, menjadi tempat bersantai. Jalan setapak menghubungkan gerbang utama bagian selatan dengan gerbang utara terdapat di tengah halaman. Pintu gerbang sisi utara ini pun disambungkan dengan jembatan kayu ke luar lingkungan benteng.
Dari atas dinding benteng atau bastion, teramati hamparan laut lepas. Untuk menaikkan meriam pada posisi tembak di bastion, dibangunlah beberapa bidang miring dari susunan bata di sudut-sudut benteng ini. Di bastion, kita juga dapat mengamati saluran etalase ruangan-ruangan seperti cerobong. Mulut cerobong itu diberi payung kerucut terbuat dari seng sehingga udara dapat bersirkulasi, namun terlindung dari curahan air. Menjelajahi benteng ini tidak akan lengkap tanpa menyusuri lorong-lorong di bawahnya. Lorong-lorong bawah tanah sempit dan gelap ini konon merupakan tempat penyimpanan senjata. Juga terdapat lorong bawah tanah yang menyambungkan benteng dengan jalan keluar tanpa melewati pintu-pintu gerbang.
Dari catatan sejarah, sebelum Inggris membuat Benteng Marlborough ini, untuk pertahanan di pantai Barat juga telah membuat benteng yang lain, yaitu Benteng Anna di Muko-muko, Benteng York di Bengkulu Utara dan Benteng Linau di Bintuhan, Kaur Selatan. Namun ketiga benteng tersebut, kini telah musnah diterjang oleh gelombang laut